Tuesday, July 2, 2019

Sapi Potong di RPH Cilegon Kurang Pasokan Makanan


CILEGON, BCO – Puluhan sapi potong yang berada di rumah potong hewan (RPH) Kota Cilegon banyak yang kurus-kurus akibat kurang makan. Kondisi demikian terjadi lantaran kurangnya pasokan rumput yang sudah berlangsung selama satu bulan terkahir ini. Akhirnya pengurus hewan di RPH Cilegon saat ini terpaksa memberi makan sapi tersebut dengan batang padi (jerami) atau rumput yang sudah kering.

“Dari pada tidak makan sapi disini, mau tidak mau saya harus memberi makan seadanya, meskipun rumputnya sudah kering,” kata Marki pengurus sapi di RPH Cilegon, Jumat 11 September 2015.
Dijelaskan, pihaknya sudah mencari rumput sampai ke luar wilayah Kota Cilegon, namun kondisinya sama, susah untuk mendapatkan rumput, bahkan biasanya ada yang menjual rumput saat ini sudah tidak ada.

“Kondisi kurangnya pasokan ruput sudah terjadi satu bulan belakangan ini. Dengan kondisi demikian kondisi sapi di rumah potong sangat memprihatinkan dan gampang terserang penyakit,” ucapnya.
“Lihat saja kondisi sapinya sudah kurus-kurus akibat kurang makan, mau apa lagi kita tidak dapat berbuat banyak karena rumput sangat susah di cari,” ujarnya.

Di tempat yang sama, Sarpan yang juga pengurus sapi di RPH mengatakan, biasanya RPH menyiapkan makanan khusus yaitu rumput gajah dibelakang RPH, namun akibat kemarau sudah tidak bisa tumbuh lagi.

“Kebetulan dibelakang rumah potong ini ada rawa, biasanya kita tanam rumput gajah, sekarang rawanya sudah kering, rumputnya juga ikut mati,” katanya. (*)

Source: 
https://www.bco-tv.com/kota-cilegon/sapi-potong-di-rph-cilegon-kurang-pasokan-makanan
Read More

Monday, July 1, 2019

Pengolahan Limbah Rumah Pemotongan Hewan (Rph) Menjadi Pupuk Cair yang Diperkaya dengan Unsur Magnesium (Mg) yang Berasal dari Limbah Garam (Bittern)



Rumah Pemotongan Hewan Kota Semarang sebagai penyedia jasa pemotongan hewan berupa sapi dan babi, dari kegiatan ini menghasilkan produk samping berupa limbah. Salah satunya adalah limbah rumen. Sifat limbah rumen yang lebih mudah mengalami pembusukan apabila tidak di olah dengan tepat,sehingga dapat mencemari lingkungan. Limbah rumen ini sangat berpotensi dimanfaatkan kembali, karena selain berasal dari bahan organik, limbah ini mengandung mikroorganisme yang cukup tinggi.

Oleh karena itu , limbah rumen ini dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk organik cair dengan teknik fementasi anaerob.Diketahui bahwa, pupuk yang mengandung magnesium yang tinggi yang beredar di pasaran biasanya berbentuk granul/ serbuk. Apabila tanaman mengalami kekurangan magnesium maka akan menyebabkan kuningnya daun dan menghambat proses fotosintesis yang terjadi di daun. Dalam penelitian ini, diharapkan dengan penambahan limbah garam dapat meningkatkan kandungan unsur hara makro CNPK dan Mg. 

Sehingga selain pupuk ini tidak mencemari lingkungan karena berasal dari bahan organik, tidak merusak struktur tanah,dan pupuk ini juga mudah dalam pengaplikasiannya karena berbentuk cair. Variasi rasio serat kasar dengan cairan rumen bertujuan untuk mengetahui kandungan paling optimum,antara lain: 100:0 ,75:25 , 50:50 , 25:75 , 0:100 (serat kasar:cairan rumen).

Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan limbah garam tidak mempengaruhi terhadap kandungan unsur hara C-Organik dan Nitrogen, sedangkan pada kandungan Phospor, Kalium, dan Magnesium memiliki pengaruh dari penambahan limbah garam. Kandungan unsur hara makro paling optimum yaitu C-Organik pada fermentor B1 sebesar 1,44%, Ntotal pada fermentor B2 sebesar0,73%, Phospor (P2O5) pada fermentor B3 sebesar 2,243%, Kalium pada fermentor B3 sebesar 13,05, dan Mg pada fermentor B3 sebesar 26,82%. Meskipun demikian, pupuk organik cair ini belum memenuhi persyaratan teknis Permentan No.70/Permentan/SR.140/10/2011 tentang pupuk organik, pupuk hayati dan pembenah tanah.
Read More

Tuesday, June 11, 2019

Daging Sapi di Seluruh Pasar Cilegon Juga Kosong, Ini Penyebabnya


Cilegon, liputanbanten.com – Sudah empat hari ini daging sapi sulit ditemukan di tiga pasar yang ada di Kota Cilegon, yaitu Pasar Merak, Pasar Blok F, dan Pasar Baru Kranggot.
Kepala Disperindagkop Cilegon Tb Dzikrie Maulawardhana mengatakan, Rumah Potong Hewan (RPH) yang berada di Cilegon sudah tidak melakukan pemotongan sapi selama empat hari ini sehingga tidak ada pedagang sapi yang melakukan aktivitas jual dan beli.
“Di tiga pasar Kota Cilegon sudah tidak ada penjualan daging sapi, karena sedang mogok. Yang jelas aksi mereka ini karena asosiasi pedagang sapi sedang menahan diri dari permintaan pemerintah pusat yang menginginkan harga sapi turun. Sedangkan asosiasi pedagang sapi sendiri menginginkan terjadinya kenaikan harga,” ujar Dzikrie saat melakukan pemantauan di RPH Cilegon, Senin (10/8/2015).

Dikatakan Dzikrie, kondisi seperti ini bukan hanya dialami Kota Cilegon saja, tetapi juga terjadi di kota-kota lainnya. Sebab, ini adalah imbas dari aksi asosiasi pedagang sapi nasional.
“Permasalahan ini mau kita diskusikan ke dinas peternakan di provinsi agar mendapat solusinya. Selain itu dengan asosiasi juga akan kita lakukan pembicaraan. Habis dari sini kita akan langsung ke sana (Dinas Peternakan Provinsi Banten. Sebenarnya stok sapi kita banyak, hanya saja pengusaha yang tidak mau memotong sapinya. Biasanya di RPH Kota Cilegon kita melakukan pemotongan sebanyak 20 ekor sapi per harinya,” katanya. (BCO)

Source:
http://liputanbanten.co.id/11/08/2015/berita-terbaru/daging-sapi-di-seluruh-pasar-cilegon-juga-kosong-ini-penyebabnya/
Read More

Monday, June 3, 2019

DKPP Cilegon Perketat Pengawasan Pangan Asal Hewan


CILEGON, (KB).- Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Cilegon mengimbau agar masyarakat lebih cerdas memilih bahan makanan asal hewan. Terlebih setiap bulan Ramadan, makanan bercampur bahan kimia kerap menjadi temuan pihaknya di setiap pemeriksaan.
Kepala Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner Pengolahan dan Pemasaran DKPP Kota Cilegon Drh Abraham Syah mengatakan, pihaknya akan memperketat pengawasan bahan makanan asal hewan. Selain dari program kerja pihaknya setiap ramadan, juga menyikapi kerap ditemukannya makanan mengandung zat kimia.

“Makanan asal hewan bercampur zat kimia sering kami temukan di setiap Ramadhan. Entah itu mengandung pengawet formalin, atau pewarna tekstil seperti methanol yellow dan rodhamin B,” katanya, Ahad (13/5/2018).
Biasanya, kata Abraham, bahan pewarna tekstil ditemukan di daging ayam, usus ayam, serta jeroan ayam. Ia pun telah menargetkan sejumlah pedagang yang kerap mencampur bahan makanan asal hewan dengan pewarna tekstil.

“Sejumlah pedagang sudah jadi target pemeriksaan kami. Jika pedagang itu kembali melakukan pelanggaran, bisa jadi kami laporkan ke Polisi,” ujarnya.
Tidak hanya pemeriksaan zat kimia, pihaknya juga melakukan pemeriksaan cemaran mikroba. Biasanya, bahan makanan asal hewan yang tercemar mikroba adalah pedagang yang berdagang di pinggir tempat sampah atau rel kereta api.

“Makanan yang kami curigai tercemar mikroba, akan dikirim ke laboratorium di Bogor. Nanti diketahui, kalau yang menjual sudah higienis biasanya tidak ada cemaran mikroba,” katanya.
Sementara itu, Kepala DKPP Kota Cilegon Wawan Hermawan mengatakan, pemeriksaan biasanya dilakukan tiga kali. Yakni sebelum Ramadhan, selama bulan puasa, serta beberapa hari menjelang Lebaran Idul Fitri.

“Biasanya menjelang ramadhan kami melakukan pemeriksaan. Kemudian saat Qunut atau hari ke-15 Ramadhan, kami melakukan pemeriksana kembali. Terakhir pemeriksaan, beberapa hari sebelum Idul Fitri. Tapi kalau ada laporan, kami akan turun ke lapangan,” ujarnya.
Tidak hanya pasar tradisional, tutur dia,  sejumlah toko swalayan pun akan menjadi target pemeriksaan. Kios-kios yang menjual daging sapi, ayam, serta telur yang menjadi objek pemeriksaan pihaknya.

“Kami akan bawa alat uji cepat. Beberapa kami uji di tempat, ada pula yang dikirim ke laboratorium di Bogor,” katanya.
Menurut Wawan, ada sejumlah pedagang yang tidak pernah kapok menjual makanan dengan mencampur bahan-bahan kimia. Untuk itulah para petugas sudah menargetkan sejumlah pedagang untuk diperiksa pihaknya.(AH)*

Source: 
https://www.kabar-banten.com/dkpp-cilegon-perketat-pengawasan-pangan-asal-hewan/
Read More